Di tengah sentimen anti-Islam atau Islamophobia yang meningkat tajam di India akibat naiknya Taliban ke puncak kuasa di Afghanistan, pejabat Taliban di Doha, Qatar menginginkan hubungan yang baik dengan India.
Hal itu diungkapkan Sher Mohammad Abbas Stanikzai dalam pidatonya di Qatar baru-baru ini.
Abbas Stanikzai merupakan lulusan akademi militer Dehradun di India sebelum kuliah di Amerika Serikat.
Meski begitu, saat Taliban menjadi kelompok oposisi Stanikzai selalu mengkritis India yang menjadi pendukung utama pemerintahan Ashraf Ghani.
India tidak saja mendukung secara ekonomi tapi juga intelijen. Kerja sama intelijen India RAW dan pemerintahan Aghan sebelumnya NDS atau dikenal dengan istilah RAW-NDS Nexus ikut terlibat langsung dalam peta konflik regional baik melawan Taliban melalui dukungan ke ISIS-K maupun melawan Pakistan dengan mendukung pemberontak Balochistan.
Dalam beberapa minggu terakhir, jaringan sel teroris binaan RAW-NDS diperkirakan melakukan serangan untuk menarget investasi Tiongkok di Pakistan.
Maka tidak heran, KTT Damai Taliban dan AS kurang disambut positif oleh India walau pihak yang terlibat dalam KTT tersebut juga menginginkan keterlibatan India.
India menuduh Taliban sebagai perpanjangan tangan Pakistan walau Pakistan juga menuduh TTP atau Talibannya Pakistan sebagai proxy India yang banyak diantaranya menjadi ISIS-K.
Usai Taliban menguasai kabul dan menjadi penguasa de facto Afghanistan gelombang Islamophobia menjangkiti India. Banyak Muslim di India yang tidak tahu menahu dengan perkembangan politik regional menjadi target persekusi bahkan dikeroyok.
Politik India saat ini dikuasai oleh Hindutva sebuah gerakan global supremasi Hindu dan melihat Islam sebagai target utama. Bahkan beberapa anggotan Parlemen India menyarankan untuk melakukan serang udara kepada Taliban di Afghanistan selain mendukung milisi anti Taliban Panjshir khususnya yang dipimpin mantan wapres Amrullah Saleh yang juga lulusan India.
Milisi anti-Taliban di Panjshir terbagi dua yakni faksi Amrullah Saleh yang mengklaim sebagai presiden caretaker usai Ashraf Ghani mencari suaka ke UAE dan yang kedua milisi lokal pimpinan Ahmad Massoud dengan bendera yang berbeda.
Politik India dan Pakistan serta Bangladesh sekitarnya memang tidak bisa terlepas dari Afghanistan.
Afghanistan menjadi pintu masuk ke India bagi imperium yang ingin melakukan kekuasaan.
Banyak kerajaan maupun dinasti politik Afghanistan menjadi penguasa sampai ke India, terakhir era Durrani.
Walaupun pada saat itu tidak harus konflik antara Islam dan Hindu tapi juga konflik antara penguasa Islam Afghanistan dengan penguasa Islam Mughal India.
Para buzzer India juga cukup aktif melakukan 'perang urat syaraf' kepada bangsa dan warga Afghanistan usai naiknya Taliban.
Afghanistan dianggap sebagai negara yang pernah berkuasa sampai India namun sekarang menjadi negara miskin, tak punya program antariksa ke Mars apalagi senjata nuklir sebagaimana India.
Walau bersahabat dengan pemerintahan Hamid Karzai maupun Ashraf Ghani, sentimen anti Afghanistan meningkat usai era Taliban dengan perlakukan kasar ke anggota parlemen perempuan Afghanistan yang masuk ke India menggunakan paspor diplomatik.
Sebagaimana dialami oleh anggota parlemen Afghanistan Rangina Kargar yang mengaku diperlakukan seperti binatang di bandara India.
India memang mengumumkan ke dunia internasional bahwa negaranya hanya menerima pengungsi berdasarkan aspek sektarianisme yakni khusus Hindu dan Sikh. Walau begitu warga Hindu dan Sikh Afghan lebih memilih mengungsi ke AS.
Meski begitu beberapa parpol oposisi di India mendesak agar pemerintah India mengingat kembali posisi negara yang tidak berdasarkan kebijakan sektarianisme.
Pejabat India dilaporkan juga sudah mulai menjalin hubungan dengan kantor politik Taliban di Doha.
Secara ekonomi, naiknya Taliban dianggap oleh India mengganggu hegemoni India di Afghanistan. Bahkan jalur dagang India-Afghanistan melalui Iran sengaja dibangun untuk mengisolasi Pakistan.
Namun saat ini, Pakistan akan lebih memiliki akses ekonomi yang sama ke pasar Afghanistan.
Bahkan pelabuhan laut Gwadar yang dibangun bekerja sama dengan Tiongkok menjadi lebih vital untuk bersaing dengan pelabuhan Chabahar di Iran yang digunakan India.
Sementara itu, PM India Narendra Modi dan BJP juga mengeksploitasi perubahan politik Afghanistan untuk politik elektoral.
Modi menegaskan akan evakuasi Hindu dan Sikh Afghan dan diberi kewarganegaraan India karena mengalami persekusi. Meski belum ada kabar persekusi terhadap Hindu dan Sikh oleh pemerintahan Taliban.
Karir politik Modi memang penuh dengan konflik sektarian. Namanya menjadi populer usai pembantaian kepada ribuan warga Muslim di Gujarat saat dirinya menjadi Chief Minister. Sekarang, persekusi dan pengeroyokan kepada Muslim, Kristen dan kelompok minoritas lainnya menjadi dianggap normalnoleh radikal Hindu RSS dan sejenisnya.
Politik elektoral di India memang sangat brutal hanya bisa diimbangi oleh Myanmar yang membatalkan kewarganegaraan orang Rohingya walau sudah ratusan tahun menjadi penduduk asli.
Di India jutaan warga Muslim India terancam menjadi tak punya warga negara dengan UU baru karena mereka dianggap warga Bangladesh maupun Pakistan yang memang sebelumnya bagian dari India.
Politik ini dilakukan untuk 'pencitraan' kepada pemilih Hindu khususnya kaum radikal meski sebagian besar wilayah India sekarang merupakan wilayah Islam yang tidak serta merta ingin bergabung dengan India seperti Nizam Hyderabad, Bhopal, Junagadh dan lain sebagainya. Sebagian malah direbut secara paksa.
0 comments:
Post a Comment