BeritaDEKHO - Salah satu personel Kepolisian Sektor Adonara Timur Resor Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Brigadir Polisi Sukmawadi memiliki bakat luar biasa. Meski masih muda, ia sudah memiliki visi besar tentang bagaimana seharusnya Polisi berada di tengah masyarakat.
Karena keprihatinannya terhadap kehidupan para petani di wilayah kerjanya, Brigpol Sukmawadi memilih bertani sebagai cara terbaik agar ia bisa berbaur dengan masyarakat.
“Jika ingin bisa menyatu dan berbaur dengan masyarakat, maka seorang polisi harus mempelajari kebiasaan masyarakat,” jelasnya saat ditemui di lahan tani kelompok yang didampinginya.
Tahun 2009, ia sudah menggeluti tanaman Tomat, Bawang dan Lombok. Tetapi, rasanya tidak lengkap jika tidak mendorong masyarakat. Karena itu, ia membentuk dan membimbing empat kelompok tani yang berada di daerah sengketa lahan. Ia membagi keterampilannya menanam tomat, bawang dan lombok sehingga masyarakat dapat memiliki penghasilan tambahan.
Brigpol Sukmawadi bercita-cita memperbanyak kelompok tani dan menjadikan lahan gersang Adonara Timur sebagai lahan pertanian yang menjanjikan bagi kesejahteraan masyarakat petani sehingga para petani tidak akan lagi mendatangkan Tomat, Bawang dan Lombok dari luar daerah Flotim.
Kelompok tani ini pun dijadikan Brigpol Sukma sebagai media komunikasi Polisi dengan masyarakat. Keberadaan kelompok tani dampingannya semakin memudahkan kepolisian menyosialisasikan keamanan dan ketertiban masyarakat. Ia yakin jika semua Polisi memaksimalkan potensi dan keterampilannya, maka Polisi selain tugas pokoknya menjaga keamanan, juga akan berkontribusi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Brigpol Sukmawadi membuktikan dari pekerjaannya menanam Tomat, ia mendapatkan tambahan penghasilan Rp5 juta per bulan. Pengalaman ini yang menjadi senjata Brigpol Sukma meyakinkan masyarakat petani bahwa dari lahan tidur yang tidak dimanfaatkan dapat menjanjikan kesejahteraan bagi masyarakat.
Dari hasil sampingannya itu, Brigpol Sukma membiayai 2 anak yang duduk di bangku SMA dan keduanya tinggal bersama Brigpol Sukma.
Salah satu dari anak tersebut adalah anak yatim, keduanya tidak dapat melanjutkan pendidikan karena ketiadaan biaya. (TN)
Karena keprihatinannya terhadap kehidupan para petani di wilayah kerjanya, Brigpol Sukmawadi memilih bertani sebagai cara terbaik agar ia bisa berbaur dengan masyarakat.
“Jika ingin bisa menyatu dan berbaur dengan masyarakat, maka seorang polisi harus mempelajari kebiasaan masyarakat,” jelasnya saat ditemui di lahan tani kelompok yang didampinginya.
Tahun 2009, ia sudah menggeluti tanaman Tomat, Bawang dan Lombok. Tetapi, rasanya tidak lengkap jika tidak mendorong masyarakat. Karena itu, ia membentuk dan membimbing empat kelompok tani yang berada di daerah sengketa lahan. Ia membagi keterampilannya menanam tomat, bawang dan lombok sehingga masyarakat dapat memiliki penghasilan tambahan.
Brigpol Sukmawadi bercita-cita memperbanyak kelompok tani dan menjadikan lahan gersang Adonara Timur sebagai lahan pertanian yang menjanjikan bagi kesejahteraan masyarakat petani sehingga para petani tidak akan lagi mendatangkan Tomat, Bawang dan Lombok dari luar daerah Flotim.
Kelompok tani ini pun dijadikan Brigpol Sukma sebagai media komunikasi Polisi dengan masyarakat. Keberadaan kelompok tani dampingannya semakin memudahkan kepolisian menyosialisasikan keamanan dan ketertiban masyarakat. Ia yakin jika semua Polisi memaksimalkan potensi dan keterampilannya, maka Polisi selain tugas pokoknya menjaga keamanan, juga akan berkontribusi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Brigpol Sukmawadi membuktikan dari pekerjaannya menanam Tomat, ia mendapatkan tambahan penghasilan Rp5 juta per bulan. Pengalaman ini yang menjadi senjata Brigpol Sukma meyakinkan masyarakat petani bahwa dari lahan tidur yang tidak dimanfaatkan dapat menjanjikan kesejahteraan bagi masyarakat.
Dari hasil sampingannya itu, Brigpol Sukma membiayai 2 anak yang duduk di bangku SMA dan keduanya tinggal bersama Brigpol Sukma.
Salah satu dari anak tersebut adalah anak yatim, keduanya tidak dapat melanjutkan pendidikan karena ketiadaan biaya. (TN)
0 comments:
Post a Comment