Banyak yang setuju dengan inisiatif ini. Tapi, ternyata ada juga yang jeli dan berusaha memberikan perbaikan. Ujung-ujungnya sebuah polemik berkepanjanganpun terjadi dengan nuansa positif di Facebook.
Di antara yang dikritisi adalah layak tidaknya PPI mengeluarkan Surat Edaran. Menurut sebagian, seharusnya PPI hanya mengeluarkan Surat Imbauan. Berikutnya adalah banyaknya pihak yang ditujukan sebagai tembusan. Baik Gubernur se-Indonesia dan lain-lain (lihat image di atas).
Poin ketiga, PPI sebagai wadah pelajar dinilai tidak seharusnya mengeluarkan edaran ke masyarakat, cukup kepada anggotanya saja. Alasannya, PPI bukan kementerian atau lembaga badan hukum.
Poin berikutnya, adanya dugaan kealpaan dalam masalah teknis surat. Misalnya, penggunaan Kepada dan Yth diminta tidak perlu untuk disatukan.
Turut ikut berdiskusi adalah tokoh senior mahasiswa Indonesia di India, Khairurozi. Diapun memberi solusi dan berpendapat bahwa niat tulus pengurus PPI yang baru harus tetap diapresiasi terlepas dari kekhilafannya.
Menurut alumni Pesantren Al Kautsar Al Akbar, Medan Sumatera Utara ini, penulisan surat dapat dibuat dengan bahasa yang lebih santun dan halus.
"Kalau ada yg begini kita liat niat baiknya..isinya bisa dibaca menghimbau dan mengajak dan memberikan batik gratis (aku L ya pak Ketu kalau ada warna biru)...hh..kemudian diakhiri dengan besar harapan kami (sangat halus ajakannya) dan kemudian surat ini diedarkan..jadilah ajakan yang beredar," kata Rozi yang menyelesaikan Magisternya dari Aligarh Muslim University.
Menurut pantauan www.beritadekho.com, beberapa tokoh senior PPI India turut memberi komentar dan solusi terhadap isu ini. Di antaranya adalah Ust Mukhlis Zamzami. (adm)
0 comments:
Post a Comment