BeritaDEKHO - Ciputra Group membidik ASEAN dan China dalam melakukan ekspansi bisnis properti di luar negeri. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia tengah bertumbuh—berbanding terbalik dengan negara-negara di Eropa atau Amerika.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia pun kini nomor tujuh—sebagian bilang nomor lima—di dunia. Jadi saat ini adalah golden time for Asia, karena Asia punya tiga negara di tujuh besar: China, India, dan Indonesia,” kata Candra Ciputra, CEO Ciputra Group saat ditemui, Rabu (26/9) lalu.
Candra mengatakan, Myanmar merupakan salah satu negara yang menjadi incaran. “Pasar properti Myanmar baru dibuka (untuk investor luar negeri-red) dan kami saat ini sedang melihat-lihat dan mempelajari pasar properti di sana,” kata Candra.
Sebelumnya, Ciputra memiliki proyek kota mandiri di Shenyang, China dengan total luas 313 hektar. Di Phnom Penh, Kamboja, Ciputra juga mengembangkan proyek di atas lahan seluas 260 hektar yang dimulai sejak 2006. Sementara, di India, Ciputra memiliki proyek seluas 400 hektar di daerah Howrah, sebelah barat Kolkata (sebelumnya bernama Calcutta).
Di Hanoi, Vietnam, Ciputra Group juga memiliki proyek township, yaitu Ciputra Hanoi International City. “Proyek ini memiliki total lahan seluas 320 hektar. Proyek ini sudah kami kerjakan lima tahun, dan saat ini baru 20% lahan terdevelop,” kata Candra.
Di sini, imbuhnya, akan banyak dikembangkan kondominium. Akan ada 50 – 70 tower kondominium di bangun di proyek ini. “Percaya atau tidak, harga tanah di sana dua kali lebih mahal dari di Jakarta,” tukas Candra. “Vietnam lebih mirip China, meski proyek agak jauh dari tengah kota, tetapi masih bisa dibangun kondominium.”
“Proyek kondominium laku bukan karena jalanan macet, tetapi karena harga tanah kian mahal. Di Singapura, misalnya, harga tanah sudah mahal, sehingga masyarakat beralih ke kondominium. Tidak hanya di Singapura, di seluruh dunia pun hal ini terjadi,” jelas Candra panjang lebar.
Di negara-negara tersebut, tambah Candra, pihaknya masuk dengan menggandeng perusahaan lokal. “Kami perlu bekerjasama dengan perusahaan lokal, karena kami perlu local knowledge,” ujarnya.
“Ke depan, kami akan terus melakukan ekspansi ke luar negeri. Kita jangan hanya jadi pemain kandang,” tegas Candra. “Kalau orang luar bisa masuk ke sini, kita juga harus masuk ke negara mereka.” (sumber)
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia pun kini nomor tujuh—sebagian bilang nomor lima—di dunia. Jadi saat ini adalah golden time for Asia, karena Asia punya tiga negara di tujuh besar: China, India, dan Indonesia,” kata Candra Ciputra, CEO Ciputra Group saat ditemui, Rabu (26/9) lalu.
Candra mengatakan, Myanmar merupakan salah satu negara yang menjadi incaran. “Pasar properti Myanmar baru dibuka (untuk investor luar negeri-red) dan kami saat ini sedang melihat-lihat dan mempelajari pasar properti di sana,” kata Candra.
Sebelumnya, Ciputra memiliki proyek kota mandiri di Shenyang, China dengan total luas 313 hektar. Di Phnom Penh, Kamboja, Ciputra juga mengembangkan proyek di atas lahan seluas 260 hektar yang dimulai sejak 2006. Sementara, di India, Ciputra memiliki proyek seluas 400 hektar di daerah Howrah, sebelah barat Kolkata (sebelumnya bernama Calcutta).
Di Hanoi, Vietnam, Ciputra Group juga memiliki proyek township, yaitu Ciputra Hanoi International City. “Proyek ini memiliki total lahan seluas 320 hektar. Proyek ini sudah kami kerjakan lima tahun, dan saat ini baru 20% lahan terdevelop,” kata Candra.
Di sini, imbuhnya, akan banyak dikembangkan kondominium. Akan ada 50 – 70 tower kondominium di bangun di proyek ini. “Percaya atau tidak, harga tanah di sana dua kali lebih mahal dari di Jakarta,” tukas Candra. “Vietnam lebih mirip China, meski proyek agak jauh dari tengah kota, tetapi masih bisa dibangun kondominium.”
“Proyek kondominium laku bukan karena jalanan macet, tetapi karena harga tanah kian mahal. Di Singapura, misalnya, harga tanah sudah mahal, sehingga masyarakat beralih ke kondominium. Tidak hanya di Singapura, di seluruh dunia pun hal ini terjadi,” jelas Candra panjang lebar.
Di negara-negara tersebut, tambah Candra, pihaknya masuk dengan menggandeng perusahaan lokal. “Kami perlu bekerjasama dengan perusahaan lokal, karena kami perlu local knowledge,” ujarnya.
“Ke depan, kami akan terus melakukan ekspansi ke luar negeri. Kita jangan hanya jadi pemain kandang,” tegas Candra. “Kalau orang luar bisa masuk ke sini, kita juga harus masuk ke negara mereka.” (sumber)
0 comments:
Post a Comment